LUDRUK BEDAYAN "CAHAYA BUDAYA"
PEMBERDAYAAN WARIA WARGA PEDULI AIDS TUREN
![]() |
Mama Gita dkk.salah satu transgender WPA Turen saat tampil Ludruk Bedayan |
Sejarah ludruk secara
historis bentuk seni ludruk ini diperkirakan telah muncul pada abad ke-13. Ludruk sering dikenal dengan istilah Lerok Ngamen, Lerok Besut dan Sandiwara Lerok. Perangkat ludruk umumnya dilengkapi
: musik pengiring gamelan sederhana, tetapi sudah ada kidungan. Iringan gamelan kental dengan unsur mistis, kekuatan gaib, tenaga dalam dan serangkaian sistem religi Jawa
yang lain. Pertunjukan
ludruk ini biasanya dilakukan secara improvisatoris, tanpa persiapan naskah, tetapi ada juga yang menggunakan skenario/script.
Struktur ludruk diawali dengan pembukaan yang diisi koor pembuka tema ludruk atau profil perangkat ludruk yang dilanjut bedayan dengan atraksi tari remo atau ngrema. Tahap selanjutnya Atraksi
bedayan berupa tampilan beberapa travesti
dengan berjoged ringan sambil melantunkan kidungan jula-juli. Adegan
lawak (dagelan), berupa tampilan seorang lawak
yang menyajikan satu kidungan disusul oleh beberapa pelawak lain. Mereka
kemudian berdialog dengan materi humor yang lucu. Penyajian
lakon atau cerita. Bagian ini merupakan inti dari
pementasan. Biasanya dibagi beberapa babak dan setiap babak dibagi lagi
menjadi beberapa adegan.
Latar belakang ludruk terjadi penurunan budaya di masa sekarang khususnya di
kota-kota besar, dan bahkan jauh terpuruk ditekan budaya-budaya barat kekinian. Namun di pelosok daerah, kesenian teater rakyat
ini masih bertahan & tetap lestari termasuk salah satunya di Turen yang mulai dikembangkan. Hal ini butuh dukungan dari semua lintas sektor baik Pemerintah maupun Pihak Swasta. Ludruk bedayan sebenarnya sangat Populer di semua kalangan
(orang tua,
anak muda). Salah satu unsur penarik:
para bedayan
atau
tandak (penyanyi laki-laki yang berperan sebagai wanita). Selain itu melalui ludruk bedayan bisa menjadi media komunikasi yang tepat dalam pendidikan kesehatan khususnya penanggulangan & mencegah penularan HIV-AIDS.
Potensi
Ludruk sbg: fungsi alat hiburan dan media dalam jalinan interaksi masyarakat karena menghadirkan situasi dan kondisi aktual. Melalui bedayan dapat dilakukan upaya penyadaran dan kampanye
penanggulangan HIV/AIDS dan penggunaan kondom
. Di
lingkungan sesamanya (Peer Educater): sesama bedaya, di antara sesama
pemain. Serta pada pengunjung, para bedayan yang terlatih, dapat menjadi ujung tombak
dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan HIV/AIDS. Sehingga kedepan dapat terciptanya
tenaga pendidik sebaya diantara sesama tandak/bedayan dan sesama pemain
ludruk yg lain. Munculnya penyuluh sukarela HIV-AIDS dan Narkoba melalui media hiburan (edutainment). Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tandak/bedayan sebagai tenaga penyuluh sukarela HIV AIDS.
Harapan Ludruk Bedayan CAHAYA BUDAYA WPA Turen memliki anggota Peserta
pelatihan Pendidik Sebaya Tandak/ Bedayan yang lebih banyak. Para transgender/waria yang berada di wilayah kabupaten malang di edukasi dan pemberdayaan dalam rangka penanggulangan pencegahan HIV-AIDS. Dengan Waria Transgender tidak terjadi stigma dan diskriminasi diberlakukan yang sama melalui kegiatan-kegiatan positif seperti pemberdayaan ludruk serta melestarikan budaya tradisional khas Jawa Timur. Saran kedepan Waktu
pelatihan bisa diperpanjang, agar banyak materi latih yang
dapat disampaikan. Tidak
terbatas pada Bedayan saja, tetapi pada babak/bagian lain. Perlu
ketrampilan menyisipkan pesan-pesan kunci tentang HIV/AIDS untuk dialog/monolog
saat pementasan dengan lebih menarik dan atraktif. Pengemasan
kesenian ludruk lebih up-to-date => Misalnya dengan konsep OVJ (Opera Van Java) sehingga bisa mengimbangi dengan budaya-budaya Barat yang sekarang bermunculan.
Kesimpulannya dengan Bedayan Waria mempunyai 3 peran yang dilakukan saat kegiatan ludruk : Menjadi pendidik sesamanya, sebagai penyampai kampanye/penyuluh, sebagai kelompok beresiko dengan penerapan safe sex. Perlu
adanya modul khusus bagi pelatihan bedayan ludruk. Pelatihan
lanjutan bagi bedayan terlatih untuk membahas perkembangan
dan membagi pengalaman.
Anggota WPA Turen saat latihan koor Pembuka Ludruk
Komentar
Posting Komentar